Orokamonogatari: Sodachi Fiasco: Bahasa Indonesia - Chapter 2


Lebih dari sebulan telah berlalu sejak aku meninggalkan SMA Naoetsu. Itu semua masih terkenang untuk ku sekarang, bahkan urusan di kelas itu yang begitu erat dan tak terpisahkan melilit di hati ku, seperti kutukan ... Aku masih belum bisa meluakan semuanya sampai pada titik di mana aku bisa mengatakan hal seperti itu. Tapi, sekarang setelah aku pergi, sepertinya semua itu bisa menjadi mimpi.

Aku tidak bermaksud itu sebagai klise liris, seperti, "Tapi mimpi itu benar-benar mimpi buruk"; ketika aku mengatakan mimpi, maksud ku itu secara harfiah.

Inkoheren, tidak masuk akal, tersebar dari satu tempat ke tempat lain, pusat yang ambigu dan samar-samar, tidak terbatas luasnya, namun semua yang samar-samar tinggal bersamaku adalah sesuatu seperti sisa kesan — mimpi yang sangat ilusif itu.

Bahkan jika waktu yang lama berlalu dan aku tidak bisa lagi mengingat tata letak ruang kelas itu, aku ragu aku bisa menggabarkan suasana kelas itu.

Aku bertanya-tanya apakah orang itu dihantui olehnya juga.

Berpikir tentang itu sedikit mendebarkan.

Maka, hari ini, aku memulai kehidupan sekolah menengah baru di kota baru.

Aku tidak punya pilihan dalam masalah ini.

Aku hanyalah orang buangan dan dengan perasaan putus asa, aku berpikir untuk berhenti dari SMA sekali dan untuk selamanya ... tetapi itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Tidak peduli apa pun itu, "berhenti" adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan — berhenti dari sekolah menengah sama sulitnya dengan melakukan bunuh diri.

Setidaknya lulus SMA.

Dan aku tidak pernah membayangkan akan ada seseorang yang mengatakan kata basi itu kepada aku. Aku pikir itu hanyalah bualan, karena curiga dan tidak tahu malu mengatakan bahwa hidup itu sangat berharga dan semua orang setara; Namun demikian, entah mengapa aku hanya bisa menurut "Yah, aku rasa itu benar."

Lebih lagi, orang yang mengatakan itu adalah wali ku, jadi sebagai tanggungan aku tidak dalam posisi untuk melakukan apa pun kecuali menggantung kepala ku dan menuruti mereka.

Tentu saja, ketika aku mengatakan wali, yang aku maksu bukanlah orang tuaku.

Aku tidak punya orang tua. Tidak ada ayah, tidak ada ibu.

Mereka pergi.

Mereka mati.

Jadi wali yang aku bicarakan di sini mengacu pada pasangan yang baik hati, yang meskipun pada orang asing yang bahkan tanpa hubungan darah sedikitpun, mereka tetap mau memungut dan memelihara anak yatim ini.

Pasangan Hakobe. (Suami-Isteri)

Aku kira mereka seperti orang tua asuh.

Setelah meninggalkan SMA Naoetsu setelah melewati banyak jalan berliku, aku menjadi gelisah dan gelisah, dan aku mendapati diriku memutuskan bahwa rumah pasangan lansia akan menjadi tujuanku selanjutnya.

Kamar yang mereka berikan padaku bahkan lebih besar dari apartemen umum tempat aku tinggal sebelumnya.

Pemerintah harusnya mampu mengaturku untuk tetap hidup sendirian bahkan setelah meninggalkan kota, tetapi untuk alasan yang tidak bisa aku pahami, itulah yang terjadi — meskipun kurasa itu tipikal ku untuk tersapu dalam aliran peristiwa yang aku tidak benar-benar mengerti. Mungkin mereka tidak bisa membiarkan sepasang lansia hidup sendirian; atau mungkin, karena keberuntungan, gadis malang ini kebetulan manarik minat mata keluarga kaya.

Sebuah keberuntungan? Aku? Itu lucu.

... Tentu saja, setelah kembali ke perasaanku dari keadaan bingung, aku mungkin dengan keras kepala menolak pada menit terakhir, dan aku mungkin bisa mempertahankan gaya hidup soliter seorang yang terbuang ... tapi, setelah ragu-ragu, aku memutuskan untuk datang ke pengasuhan keluarga Hakobe.

Alasannya masih menjadi misteri, bahkan bagi ku.

Sejujurnya, akan sulit untuk mengatakan bahwa aku tidak memiliki perasaan nostalgia — meskipun saat ketika aku mengambil "perlindungan" di rumah orang asing yang sama sekali tidak lain hanyalah kenangan buruk, itu adalah satu-satunya kenangan ku tentang "rumah".

Memori yang sedikit.

Aku ingin tinggal di rumah.

Jika itu alasannya, itu hanyalah hal yang remeh — atau lebih tepatnya, menyedihkan — atau bahkan, jahat ... Kalian boleh menyebut itu tergelincir ke dalam keputusasaan juga.

Pada titik ini, seorang gadis celaka sepertiku tidak punya harapan untuk membangun hubungan nyata dengan orang-orang — jika itu sebulan yang lalu, aku mungkin percaya itu, dan dengan keras kepala bersikeras melakukannya; tetapi, apakah itu remeh atau menyedihkan atau menyimpang, jika aku terus bersikeras sampai sekarang, aku pasti akan merasakan kekalahan.

Seperti aku telah kehilangan pria itu.

Jika dia berubah, maka aku akan berubah juga.

Jika dia bahagia, maka aku akan menjadi lebih bahagia.

Itu keinginan terdalam ku, dan aku akan melakuak apapun demi itu.

Jadi, aku memutuskan untuk masuk sekolah menengah lagi atas nama Keluarga Hakobe.

Meskipun aku diberi tahu kalau aku boleh masuk sekolah swasta karena menerima bantuan keuangan dari pemerintah, tentu saja aku menolak, dan memutuskan untuk pindah ke sekolah menengah umum.

Bisa dibilang, Aku masih punya harga diri, dan meskipun harga diri itulah yang menjadi kehancuran bagiku sebelumnya, itu bukanlah sesuatu yang dapat dengan mudah aku lepaskan; jadi, aku memilih untuk pindah ke sekolah dengan nilai ujian tertinggi di daerah tersebut.

Aku dengan mudah lulus ujian masuk.

Itu Balasan luar biasa dari waktu yang ku habiskan hanya untuk belajar selama bolos dari sekolah sebelummnya.

Karena aku pindah pada bulan November dalam semester kedua, aku tidak akan berada di sekolah ini selama lebih dari empat bulan. Dan sebenarnya, sejak kelas tiga tidak benar-benar memiliki semester ketiga, itu mungkin sesingkat satu bulan.


Aku pikir tidak akan ada kelas yang lebih kejam dari kelas itu, dan cukup untuk membuat ku melalui hari pertama sebagai murid pindahan.

Tapi aku harus waspada.

Lagi pula, sudah sifatku untuk memikirkan rencana hingga titik yang tidak jelas, dan gagal secara spektakuler dengan cara yang tidak dapat aku ramalkan.


Hari-hari sekolah ini hanyalah suatu bonus, dan untuk bisa menikmati dengan damai kehidupan ini, aku harus mempersiapkan diri.
Oji-sama, Oba-sama, sampai ketemu nanti — sambil memberi hormat kepada pasangan Hakobe, aku pergi. Istirahat ku sudah berakhir — aku bahkan tidak tahu kapan itu dimulai, tetapi waktu istirahat ku berakhir — dan aku berangkat menuju kehidupan baru.

Tunggu saja, Araragi.

Sodachi Oikura akan tumbuh dewasa.
<<Chapter 1||Chapter 3>>


Kata Kunci:
Baca Light Novel Monogatari series terbaru, baca LN monogatari, Orokamonogatari, Novel Ringan, Sodachi

Komentar